Benarkah Candi Muara Takus Riau Yang Tampak Sekarang Adalah Hanya Atap? Ini Jawabannya!- Candi Muara Takus adalah sebuah candi yang terletak di desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar. Candi Muara Takus berjarak sekitar 120-an KM dari kota Pekanbaru Riau.
Pada pembahasan kali ini saya akan memaparkan sedikit tentang Candi Muara Takus kepada teman-teman semua. Saya akan memaparkan menurut yang saya ketahui langsung karena saya tinggal di dekat daerah candi ini sendiri.
Saya rasa teman-teman yang membaca ini nantinya akan mendapatkan informasi yang berbeda dari yang lain.
Saya memaparkan sesuai dengan apa yang saya dapat langsung dari pemandu candi ini. Bolehlah dikatakan pemandunya ini sebagai juru kunci candi ini.
Juru kunci Candi ini namanya Suhaimi a.k.a Ongku Imi. Dari yang saya lihat, bapak Suhaimi yang biasa disingkat Pak Imi ini adalah orang yang sangat loyal.
Betapa tidak, sudah bertahun-tahun dia menjaga dan membersihkan Candi Muara Takus agar tidak rusak oleh orang lain tanpa digaji.
Alasannya sederhana namun bikin logika kita terbang tinggi, dia mendapat panggilan alam untuk menjaga candi ini.
Dari sekitar jam 9 pagi Bapak Imi ini sudah berada di kawasan Candi hingga pagi besoknya. Hanya makan sebentar di rumah yang berjarak sekitar 2 KM dari kawasan candi saja bapak Imi ini tidak berada di Candi.
Menurut penuturan beliau, dia sudah tidak bekerja. Kesehariannya hanya diisi dengan candi, candi dan candi. Loyalitas tanpa batas.
Bukannya Pak Imi ini tidak punya pekerjaan, dia mendapatkan penghasilan dari pengobatan tradisionalnya karena Pak Imi ini juga bisa membantu beberapa pasien yang mempunyai penyakit yang rasanya kalau dibawa ke dokter, dokter akan bilang tidak ada penyakitnya.
Bingung? silahkan pikir sendiri ya, hehehe.
Saya berkenalan dengan Pak Imi ketika saya membawa adek didik Pramuka saya ke Candi Muara Takus untuk melakukan beberapa kegiatan tentang peduli lingkungan.
Semenjak itu, saya semakin sering memiliki harapan untuk selalu bertemu beliau untuk menggali lebih dalam informasi Candi Muara Takus ini. Ya, walaupun sangat tinggi harapan untuk itu, nyatanya hanya bebrapa kali saja saya punya kesempatan untuk menggali informasi langsung dari Pak Imi ini.
Singkatnya, sekitar 22 Juni 2019 saya mempunyai projek membuat film dokumenter. Pemain film yang saya garap memiliki ide untuk pembuatan filmnya di Candi Muara Takus saja.
Kami syuting film malam hari agar mendapat suasana yang lebih mencekam dan lebih tenang di Candi Muara Takus langsung.
Saat syuting inilah saya menggali informasi yang sedalam-dalamnya dari Pak Imi ini.
Ada beberapa hal yang akan teman-teman herankan kalau teman-teman berbincang langsung dengan Pak Imi ini.
Pertama, pak Imi ini hanya seorang yang kadang jadi petani namun gaya berbicara dan wawasannya luas sekali. Tidak sesuai dengan apa yang ditampilkannya.
Kedua, penguasaan sejarah Candi Muara Takus oleh Pak Imi ini sangat-sangat luas. Apapun yang teman-teman tanya akan bisa dijawab langsung sampai ke akar-akarnya.
Tidak ada satupun pertanyaan saya yang tidak dijawab oleh Pak Imi.
Bahkan malahan saya yang pusing karena banyak sekali bahasa-bahasa yang tidak saya mengerti. Kebanyakan dalam menceritakan Candi ini Pak Imi menggunakan bahasa sangsekerta mungkin.
Ada beberapa pertanyaan seputar isu-isu yang berkembang di masyarakat sekitar Candi Muara Takus ini. Mari kita ulas sedikit demi sedikit.
Untuk memulai, ada satu inti topik yang bisa jadi pertanyaan kita. Benarkah banyak sejarah yang digelapkan untuk menutupi sejarah Candi Muara Takus ini?
Dari penuturan Pak Imi, banyak sekali hal-hal yang sudah diubah tentang Candi ini.
Baik dari segi cerita maupun dari segi fisik Candi.
Dari segi fisik candi, boleh-boleh saja jika diubah mengingat sudah belasan abad umur candi. Maka dilakukanlah pemugaran candi oleh pemerintah.
Tapi kalau pengubahan fisik yang terlalu ekstrim sehingga mengubah jalan cerita dan sejarah candi ini saya rasa tidak boleh.
Pak Imi mendapatkan semua sejarah Candi ini secara turun-temurun. Yang pasti saya yakin dan percaya dengan apa yang dikatakannya karena dibuktikan dengan bukti fisik dan masuk kedalam logika dan nalar berpikir saya.
Kabarnya, dulu Candi Muara Takus ini adalah pusat kejayaan Hindu/Bhudda dan pusat kerajaan Sriwijaya. Luas kawasan candi ini saat jaya dulu adalah sekitar 200 Ha yang semuanya telah digambarkan Pak Imi kedalam buku gambarnya. Dan saya sudah melihat buku gambarnya. Cukup memusingkan.
Tidak main-main, detail yang digambarkan Pak Imi dalam petanya sangat luar biasa.
Saya melihat jalan-jalan dari tempat A ke B dan ke c sangat detail.
Kemudian ada isu bahwa setiap bulan purnama dulunya akan datang gajah untuk melakukan sebuah ritual di kawasan Candi Muara Takus ini.
Ini Benar adanya. Saya melihat bukti fisiknya langsung. Pagar-pagar besi yang memang seperti dihantam dan ditabrak atau dilalui gajah memang terlihat meyakinkan. Tidak mungkin direkayasa Pak Imi. Masuk logika dan nalar.
Kemudian isu bahwa yang tampak sekarang di semua bangunan candi Muara Takus itu adalah hanya atap? Nah, ini perlu diluruskan.
Pak Imi menjelaskan bahwa itu tidak benar. Yang tampak sekarang itu adalah banguna bawah dan bukan atap seperti isu yang berkembang.
Pak Imi memperlihatkan kepada saya dimana saja pintu-pintu masuk namun sudah ditutup ntah karena apa alasannya.
Banyak sekali sesuatu yang sebenarnya ingin ditulis saat ini. Namun tidak semua yang saya ingat.
Semua informasi yang saya tulis adalah murni dari apa yang saya dapat. Jika tidak sesuai dengan real-nya, silahkan teman-teman gali sendiri informasinya.
Jika ada pertanyaan silahkan komen, nanti akan saya gali langsung ke Pak Imi atau orang yang bisa dijadikana sumber informasi yang valid dan akan saya jelaskan di Blog ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar